Info palestina Kairo
Zionis-Israel mengulangi kembali petualangan militernya di Gaza. Agresi
militer Zionis-Israel ke Gaza sekarang ini, tujuannya ingin menguji
seberapa besar ancaman Hamas terhadap keamanan negeri Zionis itu. Adakah
Hamas sebagai sebagai sebuah entitas politik dan militer sudah
benar-benar menjadi ancaman bagi negeri Zionis?
Zionis-Israel tahun 2008, sudah
melakukan agresi militer ke Gaza, yang menewaskan penduduk Gaza, dan
ribuan lainnya yang mengalami luka-luka. Menghancurkan seluruh
infrastruktur wilayah Gaza. Tetapi, Zionis-Israel sesudah tiga puluh
hari berperang yang sangat melelahkan itu, tak berhasi menggulung Hamas.
Padahal, waktu itu (2008), kondisi
Gaza sangatlah lemah, karena sejak kemenangan pemilu Hamas di tahun
2006, Zionis-Israel melakukan embargo terhadap Gaza. Wilayah yang luas
hanya 40 km persegi itu, siang malam dihujani peluru dari udara dan
darat. Bahkan, Zionis-Israel melanggar konvensi Jenewa, dan menggunakan
bom curah (cluster) menyerang Gaza.
Desember 2008, Perdana Menteri
Israel, Olmert secara sepihak mengumumkan gencatan senjata. Tanpa
berhasil mengakhiri pemerintahan Hamas yang dipimpin oleh Perdana
Menteri Ismail Haniyah. Perang yang berlangsung sangat dahsyat itu,
secara psychologis telah menimbulkan kebanggaan bagi gerakan Hamas, yang
sangat sedikit kehilangan pasukannya. Justeru yang banyak menjadi
korban kejahatan Zionis-Israel, rakyat sipil, seperti perempuan,
anak-anak dan orang tua.
Sekarang, Zionis-Israel ingin
menguji kekuatan militer Hamas, yang sudah dianggap menjadi ancaman
secara serius dibandingkan dengan Iran atau Hesbullah di Lebanon.
Hamas semakin kuat dan memiliki
persenjataan yang semakin canggih. Rudal yang dibuat oleh Hamas sudah
mampu menjangkau ke dalam wilayah Israel, bukan hanya Tel Aviv, tetapi
wilayah-wilalyah lainnya. Inilah yang membuat Zionis-Israel semakin
tertekan. Disamping itu, jumlah senjata yang mengalir ke Gaza semakin
banyak, dan kemampuan pasukan yang dibangun Hamas, semakin profesional.
Kekawatiran Zionis-Israel terhadap
Hamas terus meningkat, dan bersamaan dengan terjadinya perubahan
politik, dan negara-negara Arab yang dahulunya menjadi sekutu Israel,
sekarang berubah memusuhi negara Zionis itu. Tetapi, ketakutan Zionis,
terkait semakin banyak senjata yang mengalir ke wilayah yang sangat
sempit, yang sudah diblokade oleh Zionis.
Duta Besar Amerika Serikat di
Libya, J.Christhoper Steven, salah misinya ke Libya dengan sejumlah
anggota CIA, ingin mendapatkan informasi yang layak, terkait dengan
hilangnya ribuan rudal darat ke udara yang menjadi milik pemerintahan
Libya. Ada kemungkinan senjata yang canggih itu, sudah menyebar sampai
ke Gaza.
Karena itu, Hamas sudah tidak
gentar lagi menghadapi perang yang dilancarkan oleh Zionis-Israel, dan
Hamas menolak berbagai upaya pendekatan gencatan senjata. Ini
menunjukkan kemampuan Hamas dan pejuang Palestina lainnya, yang semakin
meningkat menghadapi Zionis-Israel.
Situasi yang berkecamuk ini, mendorong Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan,
Presiden Mesir Mohammad Mursi, Perdana Qatar Sheikh Thani, dan Kepala
Biro Politik Hamas Khaled Misy'al, melakukan pertemuan di Kairo,
membahas situasi Gaza yang nampaknya mendorong ke perang terbuka, Sabtu. Sementara itu, Presiden Turki Abdullah Gul menggambarkan serangan Israel di Jalur Gaza sebagai "Langkah berdarah Netanyahu menjelang pemilu di Israel", ujar Gul.
Gul mengatakan, berbicara kepada wartawan saat mengunjungi Kantor Gubernur di provinsi Turki utara Kastamonu terletak di Laut Hitam pada hari Jumat, bahwa "Serangan terjadi sebelum pemilu Israel" pada bulan Januari, sebagai investasi berdarah di pemilu. Netanyahu inign menunjukkan kepada rakyat Israel, bahwa pemerintahan serius dalam melindungi negara dari ancaman keamanan oleh Hamas.
"Pembantaian di Gaza pada tahun 2008, di mana sedikitnya 1400 orang tewas juga terjadi sebelum pemilu Israel," kata Presiden Turki. Dia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan dan tidak membiarkan perang baru dan berdarah terjadi di Gaza.
Gul mengatakan, berbicara kepada wartawan saat mengunjungi Kantor Gubernur di provinsi Turki utara Kastamonu terletak di Laut Hitam pada hari Jumat, bahwa "Serangan terjadi sebelum pemilu Israel" pada bulan Januari, sebagai investasi berdarah di pemilu. Netanyahu inign menunjukkan kepada rakyat Israel, bahwa pemerintahan serius dalam melindungi negara dari ancaman keamanan oleh Hamas.
"Pembantaian di Gaza pada tahun 2008, di mana sedikitnya 1400 orang tewas juga terjadi sebelum pemilu Israel," kata Presiden Turki. Dia menyerukan kepada masyarakat internasional untuk campur tangan dan tidak membiarkan perang baru dan berdarah terjadi di Gaza.
Timur Tengah terjadi komplikasi antara agresi
militer Zionis-Israel dan konflik yang sekarang di Suriah. Semua ini
membawa melapetaka yang sangat serius bagi keamanan negara-negara Arab.
Tentu, yang dibutuhkan sikap tegas para pemimpin Arab dan Dunia Islam
menghadap Zionis-Israel, tanpa kompromi, dan memberikan dukungan kepada
Hamas dan para pejuang Palestina lainnya. Wallalhu'alam. (voa-islam.com)
0 komentar:
Silahkan tinggalkan komentar sobat dan dapatkan backlink satu arah langsung ke blog sobat dengan widget top komentator yang saya pasang di sidebar blog ini. Caranya dengan menjadi pemberi komentar terbanyak di blog ini, tapi mohon jangan Nyepam ya..! Komentar dengan menyertakan LINK / ANCHOR TEXT atau promosi produk tertentu akan saya hapus karena blog ini bukan tempat untuk mempromosikan produk yang dijual di blog anda.